Wednesday, August 21, 2019

KEANEKARAGAMAN HAYATI PART 3

Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Manfaat bidang pangan
Sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi beras sebagai sumber makanan pokoknya. Beberapa daerah lainnya memanfaatkan jagung, sagu sebagai sumber karbohidratnya. Sumber daya hayati yang juga dapat dimanfaatkan sebagai pangan yakni buah-buahan, rempah, sayuran.
Sumber protein murah di Indonesia berasal dari bidang perikanan, yang didapat dari penangkapan ikan di laut zona ekonomi eksklusif (200 mil). Budidaya lele, udang bandeng.

Manfaat bidang sandang Papan
Keanekaragaman hayati juga dimanfaatkan sebagai bahan sandang yakni berupa tanaman kapas, ulat sutera, kulit domba/kambing, kulit kayu, bulu-bulu burung, sika (Legenaria siceraria) untuk membuat koteka,  dan juga kerang dan tulang-tulang hewan sebagai asesoris.
Sebagai bahan papan, memanfaatkan papan dari tumbuh-tumbuhan berkayu seperti kayu jati, pohon kelapa, meranti, daun lontar dan alang-alang untuk bangunan, atap dan peralatan rumah.

Manfaat bidang Pengobatan dan Kosmetik
Indonesia memiliki 940 spesies tanaman obat, tetapi hanya 120 spesies yang termasuk dalam daftar obat-obatan. Masyarakat pulau Lombok mengenal 19 spesies tumbuhan sebagai obat kontrasepsi. Masyarakat jawa mengenal paling sedikit 77 spesies tanaman obat yang dapat diramu untuk pengobatan segala penyakit. Masyarakat Rejang Lebong, Bengkulu mengenal 71 spesies tanaman obat. Untuk obat malaria mereka juga menggunakan sepuluh spesies tumbuhan yang dua diantaranya yakni Peronema canescens dan Brucea javanica yang merupakan tanaman langka. Di Jawa Timur dan Madura,  dikenal 57 macam jamu tradisional untuk ternak yang menggunakan 44 spesies tumbuhan (menggunakan Curcuma).
Potensi keanekaragaman hayati sebagai kosmetik tradisional telah lama di kenal, penggunaan bunga cendana, kenanga, melati, mawar dan kemuning sering digunakan masyarakat jawa untuk wewangian. Kemuning yang mengandung zat penyamak digunakan sebagai bahan dasar lulur (Yogyakarta). Tanaman pacar air digunakan sebagai cat kuku, ramuan magkokan, pandan, melati dan minyak kelapa untuk pelemas rambut.

Keanekaragaman Hayati sebagai Sumber Budaya
Indonesia memiliki sekitar 350 suku dengan keanekaragaman agama, kepercayaan dan adat istiadat. Dalam acara keagamaan atau adat banyak digunakan keanekaragaman hayati. Misalnya, Sapi dan kambing digunakan umat Islam setiap hari raya Qurban, pohon cemara digunakan umat kristen ketika natal, bambu kuning dan beringin dipercaya sebagai pengusir roh jahat oleh suku jawa, upacara ngaben di Bali menggunakan 39 spesies tumbuhan yang tergolong sebagai penghasil minyak atsiri dan bau harum seperti kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih dan cendana.

Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman gen, spesies dan ekosistem di Indonesia dan dunia mengalami pengurangan hingga ke tingkat kepunahan. Kepunahan spesies diperkirakan rata-rata mencapai ratusan ribu spesies setiap tahun. Berkurangnya keanekaragaman hayatimenunjukkan ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dan kapasitas alam. Penyebabnya yakni;

Fragmentasi dan Hilangnya habitat
Pada ekosistem air tawar pembuatan bendungan merusak sebagian besar habitat sungai. pada ekosistem laut, pembangunan daerah pinggir pantai telah menghilangkan komunitas terumbu karang. Hutan tropis, penyebab utama kehilangan hutan karena pembukaan ladang maupun penebangan hutan untuk pembuatan tisu, kertas, pensil maupun bahan bangunan.

Introduksi Spesies
Introduksi spesies adalah suatu upaya mendatangkan spesies asing ke suatu wilayah yang telah memiliki spesies lokal. Contohnya: penggunaan padi unggul yang telah menyebabkan punahnya padi tradisional.

Eksploitasi Berlebih pada Spesies Hewan dan Tumbuhan
Sejumlah sumber daya hutan, perikanan dan kehidupan liar dieksploitasi habis-habisan bahkan sampai ke titik kepunahan karena kebutuhan pangan dan ketamakan manusia. Contoh: badak jawa, badak sumatera yang terus diburu hingga ke titik kepunahan.

Pencemaran Tanah, Air dan Udara
Contohnya: mikroorganisme telah banyak mati akibat pencemaran dari limbah logam berat perindustrian dan pertanian.

Perubahan Iklim Global
Evek samping pencemaran udara adalah efek rumah kaca, yang pada akhirnya  es di kutub mencair sehingga permukaan air laut terus naik sehingga fauna di dalamnya akan tenggelam

Konservasi (Upaya Pelestarian)  Keanekaragaman Hayati

Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkup hidup. Azas yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah azas tanggung jawab, berkelanjutan dan bermanfaat.

Pembentukan kawasan konservasi yang terdiri dari 180 cagar alam, 72 suaka margasatwa, 70 taman wisata, 13 taman buru, 17 taman nasional, 3 taman hutan raya, serta 13 taman laut.

Pelestarian keanekaragaman secara in situ dan ex situ. In situ adalah upaya pelestarian langsung di alam. Contohnya : cagar alam Kerinci Seblat dan Gunung Leuser di Sumatera, cagar alam Pulau Komodo di Nusatenggara Timur. Ex situ adalah upaya upaya pelestarian dengan cara penangkaran yang dilakukan bukan di habitat asli suatu makhluk hidup. Contoh: penagkaran hewan langka/ memiliki nilai ekonomis tinggi seperti badak, jalak bali, rusa timur. Tempat pencagarannya misalnya: kebun raya, kebun binatang dan taman safari. Pelestarian plasma nutfah juga dilakukan secara in situ dan ex situ. Pemuliaan tersebut  saat ini ditujukan pada tanaman budidaya seperti padi, anggrek.


Untuk melihat contoh soal tentang materi ini silahkan klik di sini

5 comments:

KINGDOM FUNGI

Berikut ini disajikan bahan belajar dalam bentuk materi power point (Ppt.) dari kingdom fungi yang dalam kehidupan kita sering disebut sebag...